Rutinitas skincare rutin semakin populer, namun belakangan muncul tren baru: skin fasting—metode “berhenti sementara” dari produk skincare. Tujuannya? Memberi kesempatan pada kulit untuk “bernapas” dan berfungsi tanpa bantuan. Masalahnya, apakah kulit benar-benar mendapat manfaat, atau sebaliknya? Yuk, kita ulas bersama!
Daftar Isi
ToggleApa Itu Skin Fasting?
Skin fasting adalah praktik berhenti sementara menggunakan produk skincare. Biasanya dilakukan selama 1–2 minggu, atau bahkan sebulan penuh. Konsepnya terinspirasi dari filosofi minimalisme dan self-care ala Jepang: memberi ruang bagi kulit bekerja sendiri, tanpa intervensi bahan aktif.
Secara harfiah, istilah ini berarti “berpuasa skincare”. Tujuannya adalah mengembalikan keseimbangan alami kulit dengan mengurangi penggunaan produk dan bahan kimia berlebihan.
Alasan Orang Melakukan Skin Fasting
Mengurangi Iritasi Akibat Produk
Terlalu banyak penggunaan bahan aktif seperti retinol, AHA/BHA, atau parfum bisa menyebabkan iritasi, kemerahan, dan alergi. Skin fasting menjadi cara untuk istirahat dan memulihkan kondisi kulit.
Memperbaiki Skin Barrier yang Rusak
Kulit dengan barrier lemah sering kali kehilangan kemampuan mempertahankan kelembapan. Istirahatlah dari bahan aktif, dan kulit akan bekerja sendirian untuk memperbaiki barrier-nya.
Menguji Ketergantungan terhadap Produk
Beberapa orang merasa “bergantung” pada serum atau essence untuk tetap merasa lembap atau cerah. Praktik ini bisa jadi tes, apakah kulit benar-benar butuh produk tersebut.
Apakah Skin Fasting Efektif?
Skin fasting punya pro dan kontra:
Pro:
Waktu untuk pemulihan skin barrier tanpa bahan aktif
Monitor kondisi kulit bila cocok untuk simplifikasi rutinitas
Kontra:
Kulit acne-prone atau dehidrasi dapat memburuk
Screening bahan aktif seperti retinol atau vitamin C bisa hilang
Menurut beberapa ahli, skin fasting lebih cocok sebagai jeda kecil, bukan metode jangka panjang. Dermatolog umumnya menganjurkan pertahankan kelembapan alami sambil stop bahan aktif selama 3–7 hari, bukan sebulan penuh.
Siapa yang Cocok dan Tidak Cocok Melakukan Skin Fasting?
| Jenis Kulit | Cocok Fasting? | Alasan |
|---|---|---|
| Kulit Normal / Kombinasi | ✅ Cocok | Punya barrier cukup kuat, bisa pulih cepat |
| Kulit Kering / Sensitif | ⚠️ Hati-hati | Risiko dehydration atau iritasi saat produk dihentikan tiba-tiba |
| Acne-prone / Berjerawat | ❌ Tidak cocok | Eksfoliasi penting untuk pori tetap bersih, fasting bisa memperparah |
| Kulit Usia Lanjut | ⚠️ Hati-hati | Risiko kehilangan anti-aging bahan aktif; perlu pendekatan yang lembut |
Tips Melakukan Skin Fasting yang Aman
Mulai Perlahan, Tidak Langsung Stop Semua Produk
Kurangi satu produk setiap 2–3 hari, bukan stop total sekaligus. Misalnya, hentikan serum dulu, lalu pelembap akhir.
Tetap Gunakan Produk Dasar Seperti Sunscreen
Sunscreen adalah produk wajib, tidak boleh diskip saat fasting agar kulit tetap terlindungi dari UV.
Catat Perubahan Kulit Selama Skin Fasting
Amati kondisi—apakah ada breakout, kemerahan, atau kulit terasa lega. Buat catatan harian agar evaluasi lebih objektif.
Maklon Skincare dengan Filosofi Minimalis di Indomaklon
Tren skinimalism—perawatan minimal tetapi efektif—sejalan dengan filosofi skin fasting. Jika kamu ingin menciptakan lini skincare dengan konsep “less is more”, Indomaklon Kosmetika siap membantu:
Formulasi simple tanpa bahan yang terlalu keras
Pelembap ringan, cleanser lembut, serum dasar
Kemasan minimal dan ramah lingkungan
Fokus pada bahan seperti ceramide, hyaluronic acid, dan niacinamide
Ayo Bangun Brand Skincare Ramah Kulit Bersama Indomaklon!
Skin fasting bukan sekadar tren, tapi juga kesempatan bisnis—kamu bisa menghadirkan produk yang aman, lembut, dan efektif. Bersama tim profesional Indomaklon Kosmetika, kamu bisa memproduksi skincare minimalis yang sesuai dengan filosofi mindful skincare.
Klik banner di bawah ini untuk mulai konsultasi dan wujudkan ide brand skincare ramah kulit yang modern dan terpercaya!





